Rabu, 09 Januari 2013

Masyarakat Bali

  (tentang Nilai-Nilai Keagamaan dan Tantangan Jaman)


Didalam kehidupan masyarakat Bali terdapat beberapa kearifan lokal yang telah dijadikan pedoman oleh masyarakat sejak dahulu dalam menjaga keharmonisannya menghadapi tantangan hidup,yaitu hubungan harmonis manusia dengan Tuhannya (Parahyangan), hubungan harmonis antara sesamamanusia (pawongan), dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya (palemahan). Ketiga kearifan lokal diatas dapat dicoba dipahami dan dimengerti untuk kemudian bisa diterapkan dengan baik, niscaya kerukunan dapat teratur dan semangat multikulturalisme dalam masyarakat heterogen seperti di Bali ini akan dapat terealisasi dengan baik pula, hidup damai pun seolah menjadi satu dengan masyarakat Bali.
Tantangan masyarakat bali saat ini tidak hanya dalam segi kehidupan yang multikultural, melainkan dengan pendidikan masyarakat Bali yang memperindah kebudayaan masyarakat tapi juga terkandang juga membuat benturan antara rasionalitas dengan kebudayaan masyarakat yang dirasa sangat merugikan dan disayangkan terjadi. Fluktuasi perekonomian di Bali sangat menentukan gaya hidup masyarakat bali. Perekonomian yang belum merata tidak jarang menimbulkan kesenjangan sosial, dan pandangan masyarakat bali akan materi sangat diagung-agungkan seperti yang dibicarakan rektor IHDN lalu. Masyarakat Bali yang pragmatis banyak digambarkan dengan cerita Rektor IHDN bahwasanya anak muda bali sekarang ini banyak yang pergi keluar negri untuk mencari pipis (uang dalam bahasa Bali) hal ini memungkinkan hilangnya  nilai kolektivitas dan inovasi-inovasi  terbaru dari masyarakat Bali dan pemudanya terutama.
Diskriminasi dan merasa paling unggul diantara umat beragama lainnya, hal ini mungkin boleh-boleh saja, tapi alangkah bijaknya jika masyarakat Bali juga melihat dunia luar agar tidak terkungkung dan pengetahuan yang itu-itu saja tentang masyarakat diluar Bali, Adat dan Agama di Bali sangat erat kaitannya seolah tak bisa dipisahkan mungkin inilah kelebihan daripada masyarakat Bali mempertahankan kejayaanya sebagai penganut Hindu ditengah modernitas jaman.
Ada suatu selogan yang mungkin suatu kearifan lokal yang penulis dapat ketika berbincang denagn masyarakat bali ‘sagalak sagilik saguluk salunglung sabayantaka’ yang artinya kurang lebih dengan semangat tekad bulat menghadapi kondisi baik atau buruk,  dan juga ‘menyama braya’ yang artinya memandang setiap seperti saudara, dua selogan masyarakat Bali ini saja sudah menunjukkan bahwasanya masyarkat Bali senang akan kerukunan dan kedamaian, suatu selogan yang juga menjadi pengingat masyarakat jika terjadi konflik suku maupun agama di Bali.
Nilai-Nilai keagamaan dalam masyarakat Bali benar-benar terrenungi dalam setiap bhakti masyarakat di kehidupannya, adat menjadi pengikat masyarakat akan nilai-nilai atau norma-norma yang dianut masyarakat Bali, tidak salah jika muncul anggapan bukan Bali jika tidak Hindu, ini mencerminkan betapa kuat pondasi iman yang dibangun masyarakat terhadap perkembangan globalisasi dan terpaan modernitas dunia barat yang hampir menyeluruh di kawasan-kawasan pariwisata Bali.
Jika kembali ke awal akan pemahaman masyarakat Bali tentang nilai-nilai keagamaan dan tantangannya ditengah dinamika jaman, maka terjawab oleh keidupan masyarakat  Bali yang religius ditengah ruang yang  juga bersanding dengan lawan dari Nilai kemasyarakatan yang tenang, yakni keheterogenan umat beragama, westernisasi yang terlihat glamour dan sangat tidak mencerminkan budaya masyarakat Bali.
Dalam perkembangannya saat ini tidak sedikit juga masyarakat Bali yang keluar daerah, untuk menimba Ilmu, berproses lebih jauh dalam sosial kemasyrakatan, banyak juga catatan untuk masyarakat Bali yang harus diperhatikan, mengenai kepragmatisan masyrakat yang dirasa sdikit demi sedikit ,lama kelamaan akan menyisihkan kebudayaan setempat, dan juga toleransi antar umat beragama seperti selogan menyama braya harus benar-benar diterapkan agar Bali menjadi Kota pariwisata kondusif dan juga toleran.


M.ikhsan Alkhariri
11/313693/fi/03571

Tidak ada komentar:

Posting Komentar