Jumat, 11 Mei 2012

Upacara Pernikahan Adat Jawa di Tinjau dari Sudut Pandang Etika dan Relevansinya terhadap gaya hidup remaja





Disusun oleh :

M.Ikhsan Alkhariri                (11/313693/FI/03571)

Mata Kuliah : Filsafat Indonesia Pra-Modern
Dosen : Dr. Sri Soeprapto

Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2012
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah multikultural, yang memiliki bentangan wilayah sangat luas. Sehingga memiliki banyak sekali suku- suku bangsa yang mempunyai ciri khas masing-masing dan juga memunculkan kebudayaan- kebudayaan yuang menjadikan ikon suku-suku tersebut. Di dalam keberagaman suku-suku bangsa yang ada di Indonesia suku Jawa merupakan suku terbesar dan juga sebagai suku yang mendominasi di lingkup pendidikan, politik, maupun perekonomian. Sentra dari pemerintahan juga berada di pulau Jawa.
Daratan pulau-pulau Indonesia khususnya pulau Jawa di lewati rangkaian pegunungan non berapi dan juga pegunungan berapi. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan kandungan mineral dalam perut buminya. Letak geografis dan kontur masing-masing daerah berbeda-beda sehingga menimbulkan pribadi masyarakat yang berbeda-beda dalam masyarakat Jawa.(ayatrohaedi,1985)
Perbedaan dan persamaan antar kondisi wilayah di Jawa merupakan kenyataan yan tidak dapat dipungkiri, keanekaragaman ini menjadi kekayaan bagi bangsa Indonesia.
Dewasa ini, pengenalan perbedaan dan persamaan budaya masyrakat suku bangsa akan menjadi penting dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Sikap menghargai dan menghormati perbedaan serta memajukan persamaan antar budaya suku bangsa perlu ditumbuh kembangkan di kalangan generasi penerus bangsa Indonesia pada umumnya, generasi penerus bangsa di Jawa khususnya.
Kebudayaan jawa yang terkenal banyak dan berneka ragam ini, seperti kesenian-kesenian rakyat, tradisi-tradisi yang dianut masyarakat Jawa yang sangat tradisional patut untuk di kaji dan ditelusuri lebih mendalam kandungan nilai-nilai etis yang terkandung dalamnya, salah satunya yang bisa di kaji ialah pernikahan adat, khususnya Upacara Pernikahan Adat Jawa .
Pernikahan adat sebagai awal dari perkembangan manusia yang hidup dalam koloni adat. Upacara Pernikahan Adat Jawa  merupakan langkah awal pembentukan cirri khas karakter manusia Jawa. Upacara Pernikahan Adat Jawa   juga merupakan proses pelestarian budaya yang di jaga nilai-nilai budiluhurnya.
Upacara Pernikahan Adat Jawa  yang dijadikan objek material dan dapat di kaji dengan etika sebagai objek formal. Upacara Pernikahan Adat Jawa  dengan sudut pandang fisafat nilai atau etika karena Upacara Pernikahan Adat Jawa  memiliki latar belakang filsafati yang jika di dipadu padankan antara objek material dan formal akan menghasilkan nilai-nilai yang nanti dapat ditarik relevansinya dalam kehidupan saat ini, terutama pergaulan remaja yang hedonis, yang telah lupa akan tanggung jawab moral sebagai pribadi timur yang menjunjung nilai-nilai moril.
Keadaan remaja Indonesia saat ini seakan telah meninggalkan pribadi ketimuran yang diembannya. Westernisasi sepertinya telah menjadi trend dan budaya baru remaja saat ini. K-pop modiste yakni model, gaya, atau trend ala boyband korea juga, saat ini di pandang remaja sebagai hal yang patut diikuti perkembangannya. Sedangkan kebudayaan pribadinya seakan sudah tergerus akan budaya asing yang silih berganti menyusuri trend-trend remaja saat ini. Nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa  ini di harapkan mampu memberikan sumbangsih pada pribadi remaja Indonesia. Terutama dalam pengaruh free mode dan juga gaya hidup remaja.
Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua insan yang berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan(hadikusuman .1977). Masing-masing daerah mempunyai tata upacara pernikahannya sendiri-sendiri. Dalam bahasan ini, penulis akan mencoba mendeskripsikan tata upacara pernikahan adat Jawa ditinjau dari sudut pandang etika.
  1. Tujuan Penulisan
è Upaya dskriptif mengenai upacara Upacara Pernikahan Adat Jawa  yang berkembang di lingkup masyarakat Jawa pada umumnya, dari mendeskripsikan pengertian, bentuk kegiatan Upacara Pernikahan Adat Jawa dan juga Tujuan dari adanya Upacara ini. Sehingga menimbulkan pemahaman atau pengetahuan baru tentang tradisi Upacara Adat Pernikahan khas masyarakat Jawa.
è Upaya deskriptif mengenai Etika sebagai objek formal yang digunakan untuk mengkaji Upacara Pernikahan Adat Jawa, dengan mengetahui deskripsi etika/etika sehingga latar belakang filsafati dari Upacara tersebut dapat di tinjau dari sudut pandang etika.
è Upaya analistis dan pengkajian nilai-nilai etis yang terkandung dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa ini melalui sudut pandang etika.
è Upaya refleksi antara nilai-nilai etis yang terkandung dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa terhadap permasalahan aktual seperti free mode remaja saat ini dan kahidupan hedonis yang menyeret jauh dari pribadi sebagai bangsa timur yang menjunjung nilai-nilai moril. Dengan upaya ini maka akan di temukan relevansi antara nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Pernikahan  Adat Jawa dan gaya hidup remaja.

BAB II
Upacara Pernikahan Adat Jawa
  1. Pengertian Upacara Pernikahan Adat Jawa
Hubungan cinta kasih wanita dengan pria, setelah melalui proses dan pertimbangan , biasanya dimantapkan dalam sebuah tali perkawinan, hubungan dan hidup bersama secara  resmi  selaku suami istri dari segi hukum, agama dan adat.(Sumarsono.2007)

            Di Jawa seperti juga ditempat  lain, pada prinsipnya perkawinan terjadi karena  keputusan dua insan yang saling jatuh cinta.Itu merupakan hal yang prinsip. Meski ada juga perkawinan yang terjadi karena dijodohkan orang tua yang terjadi dimasa lalu.Sementara orang-orang tua zaman dulu berkilah melalui pepatah : Witing tresno jalaran soko kulino, artinya : Cinta tumbuh karena terbiasa.

            Di Jawa dimana kehidupan kekeluargaan masih kuat, sebuah perkawinan tentu akan mempertemukan dua buah keluarga besar. Oleh karena itu, sesuai kebiasaan yang berlaku, kedua insan yang berkasihan  akan memberitahu keluarga masing-masing bahwa mereka telah menemukan pasangan yang cocok dan ideal untuk dijadikan suami/istrinya.(Wikipedia.org)
Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi pernikahan(Sumarsono, 2007), orang Jawa selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa. Setelah ditemukan hari “baik”, maka sebulan sebelum akad nikah, secara fisik calon pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan cara diurut perutnya dan diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan istilah diulik, yaitu pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi yang tepat agar dalam persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu Jawa agar tubuh ideal dan singset.(jagadkejawen.com)
Tahapan- tahapan dalam upacara ini sangatlah banyak sekali tapi makalah ini akan mencoba mendiskripsikan secara singkat susunan acara dalam Upacara Pernikahan adat Jawa
.Hiasan adat jawa gaya yogyakarta yang berkembang di kalangan masyarakat hingga saat ini bersumber dari tata upacara pernikahan yang dilaksanakan di keraton yogyakarta(jagakejawen.com). berikut  rangkuman rangkaian upacara pernikahan adat jawa gaya yogyakarta yang lazim dilakukan masyarakat luas sekarang ini:

1.Nontoni, Lamaran, Peningsetan merupakan tahap awal dari seluruh tata upacara pernikahan, setelah proses Nontoni dan lamaran, dilakukan peningsetan yang berarti kedua pihak bersepakat menjadi besan atau calon menantu.
2.Tarub dan Bleketepe
Hiasan dari janur kuning yang ditempelkan pada pintu gerbang dan biasanya dipasang bersamaan Siraman.
3.Siraman
Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin agar suci lahir batin, dan dilakukan sehari sebelum hari pernikahan oleh para pinisepuh dan orang yang dituakan.

4.Ngerik
Merupakan awal dari proses mendandani calon pengantin wanita. Ngerik berarti menghilangkan bulu-bulu halus disekitar dahi agar wajah tampak bersih dan bercahaya.

5.Midodareni
Berasal dari kata Widodari yang berarti bidadari dari surga, upacara ini dilakukan malam sebelum pernikahan. Prosesi Midodareni kini dilaksanakan dengan menggabungkan beberapa acara yakni jonggolan/nyantri, tantingan, srah-srahan/paningset dan majemukan.
6.UpacaraPernikahanAgama
            Upacara pernikahan agama dilakukan menurut aturan agama yang dianut kedua calonmempelai.

7.Upacara Panggih
Merupakan upacara pertemuan sepasang pengantin yang telah resmi sebagai suami-isteri secara agama untuk bersanding di pelaminan. Rangkaian acara panggih adalah : 1.Penyerahan Tebusan Pisang Sanggan, 2.Kepyok (menyentuhkan) Kembar Mayang, 3.Melempar Gantal (balang-balangan suruh), 4.Wijikan dan Memecah telur, 5.Kacar-kucur atau Tampa Kaya, 6.Dhahar Klimah, (sumarsono .2007)

  1. Makna
Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum : 21) dengan diharapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai kapan pun, manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan dan kehadiran orang lain.(jagadkejawen.com)

BAB III
ETIKA SEBAGAI OBJEK FORMAL
A.    Definisi Etika
Etika diartikan sebagai filsafat moral. Etika juga merupakan upaya untuk mensistematisasikan pengetahuan tentang hakikat moralitas dan apa yang dituntut dari kita(Rachels james, 2004, 17). Etika merupakan suatu cabang filsafat dari Aksiologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1988, terdapat tiga arti yang berbeda, yaitu
1.      Etika berarti : kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik. Misalnya, “Etika Pecinta Alam( kode etik Pecinta Alam)
2.      Kata Etika dapat dipakai dalam arti : nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, “etika agama Budha”, “etika Protestan”, “etika suku-suku Indian”. Secara singkat, arti ini dapat dirumuskan sebagai sistem nilai.
.
3.      Etika mempunyai arti : ilmu tentang yang baik dan buruk. Etika baru menjadi ilmu, apabila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika sebagai ilmu dapat membantu juga untuk menyusun kode etik. Etika dalam arti ini sering disebut Filsafat moral.
Ada perbedaan yang sangat penting antara etika dan etiket, yaitu :

Etika sebagai Ilmu tentang Moralitas
Ada pelbagai cara untuk mempelajari moralitas atau pelbagai pendekatan ilmiah tentang tingkah laku moral. Pembagian pendekatan atas tiga pendekatan, yaitu:
a.       Etika Deskriptif
b.      Etika Normatif
c.       Metaetika
B.     Dasar Moral Masyarakat Jawa
1.      Tolong Menolong
2.      Isolasi
3.      Norma-norma kekeluargaan dalam pengalaman sehari-hari
4.      Kepemimpinan

BAB IV
Upacara Pernikahan Adat Jawa dan Relevansinya Terhadap  Gaya Hidup Remaja Saat ini

Di era modernisasi ini,banyak terjadi penyimpangan nilai-nilai etis atau moril. Penyimpangan nilai moril dapat dilihat dari cara berbusana generasi pemuda-pemudi saat ini. Westernisasi  lebih dianggap pantas atau gaul dari pada kebaya atau batik yang menjadi ikon masyarakat jawa atau Indonesia pada umumnya.
Selain itu generasi muda saat ini lebih suka melestarikan budaya asing seperti valentine dari pada melestarikan budaya sendiri seperti upacara adat atau sejenisnya.
Penyimpangan juga terjadi dalam segi nilai etis generasi muda, terhadap generasi tua. Orang tua yang jika zaman tetua kita dulu dipandang sebagai orang yang sangat berwibawa dan sangat patut di hormati. Kini  orang tua dianggap seperti kawan. Seperti  budaya sungkem pada orang tua yang dulu dianggap sebagai keharusan, karena sebagai anak yang membutuhkan ridlo dari orang tua, tapi saat ini sungkem diartikan sebagai cara untuk mengambil uang jajan sekolah pada orang tua.
Penyimpangan moral yang sangat memprihatinkan yakni  budaya westernisasi yang tidak seharusnya diterapkan di Indonesia sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai ketimuran. Freesexx, freedom, freestyle, yang dianggap jauh keluar dari koridor adat ketimuran. Pemaknaan terhadap arti kebebasan yang disalah artikan para generasi muda sehingga menjerumuskan mereka pada masa depan yang kelam. Hamil tanpa ayah dialami banyak dialami para remaja dari pelajar SMU maupun MAHASISWA kenyataan yang sungguh ironi.(Wikipedia.org)
Nilai ajaran Etika yang bisa diambil dari Upacara Pernikahan Adat Jawa  yakni sebagai berikut;
Etika Dalam berbusana seperti yang diajarkan Upacara Pernikahan Adat Jawa yakni menutup Aurat seperti jarit batik panjang sebagaimana mestinya wanita yang berkepribadian ketimuran.
Etika dalam berperilaku terutama pada lawan jenis seperti yang diajarkan Upacara Pernikahan Adat JAwa. Lamaran atau peminangan yang mengutamakan restu dari kedua belah pihak orang tua, sehingga tak terjadi kesalah pahaman ataupun fitnah dari pihak luar.
BAB V
Kesimpulan
Ajaran Etika yang bisa diambil dari Upacara Pernikahan Adat Jawa sebenarnya sanagt banyak. Untuk penerapan Ajaran Etika dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa sangatlah kompleks, apalagi untuk mengentas permasalahan westernisasi yang sedang dibangga-banggakan generasi muda pada umumnya.
Ajaran Etika yang terkandung dalam Upacara Pernikahan ADat Jawa mempunyqi relevansi terhadap perkembangan kehidupan generasi muda yang berkepribadian ketimuran. Ajaran Etika di pilih karena degradasi etika  generasi muda yang sudah terlalu jauh keluar dari koridor pribadi bangsa.





Daftar Pustaka
Sumarsono. 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Jakarta: PT. Buku Kita.
Ayatrohaedi, 1985. Kepribadian Budaya Bangsa. Jakarta :Pustaka Jaya
Hadikusuma, Hilman. 1977. Hukum Perkawinan Adat dengan Adat Istiadat dan Upacara Adatnya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti


Home Indutry Sampah




Hampir tiap hari orang membuang sampah. Bahkan sampah sudah menjadi gunung diberbagai kota besar. Ini menunjukkan kurang becusnya pemerintah dalam mengurus sampah. Dari sampah organic maupun anorganik. Apabila diperhatikan lagi, masyarakat juga berperan dalam peningkatan jumlah kadar sampah yang menggunung. Ternyata jika ditelusuri lebih lanjut, pemerintah juga telah berusaha maksimal untuk mengelola sampah dengan benar. Akan tetapi, lagi-lagi berbenturan dengan realita mengenai sampah yang seolah tak ada habisnya. Hal yang paling menarik dari sampah ialah, siapa pelaku yang paling berperan dalam pengelolaan sampah, bahaya sampah, dan juga hasil dari sampah.
            Pelaku utama dalam pengelolaan sampah ialah pemulung. Para pemulung sangatlah membantu dalam masalah sampah di negri ini. Mereka kumpulkan sampah-sampah yang menurut kita tak layak, tapi bagi mereka sampah merupakan rezeki yang diberikan tuhan untuk mereka kumpulkan. Jakarta tanpa pemulung apa jadinya? Sampah sudah banyak yang dipungut pemulung tiap harinya, itu saja belum bisa menyelesaikan problem sampah dijakarta, apalagi pemulung sampai diusir dari Jakarta, bukan gunung sampah lagi yang ada melainkan benua sampah nimbrung dijakarta. Selanjutnya pasukan kuning, atau biasa dipanggil petugas kebersihan peran mereka juga penting, karena tanpa mereka pengelolaan di TPA(tempat pembuangan akhir) bukan taman pendidikan Al-Qur’an, tidak munkin berjalan karena lewat pasukan inilah pemerintah berperan dalam mengatasi problem sampah.
            Bahaya sampah sangatlah terasa, misalnya dalam masalah pengairan, kebersihan tentunya, pencemaran air, pencemaran udara, dan juga reaksi kimia yang mencemari tanah. Meskipun kita sebagai manusia yang tak luput dari peran sebagai produsen sampah, namun kita juga sebenarnya sudah mengoptimalkan untuk berperan dalam pengelolaan sampah, dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Pencemaran-pencemaran dan reksi kimia yang timbul pada sampah, sangat berbahaya pada kelangsungan hidup manusia, seperti lahan pertanian yang tercemar reaksi kimia sampah, kandungan tanahnya menjadi tidak sehat, dan tidak subur, sehingga mengurangi kadar gizi maupun produksi sayuran atau tumbuhan untuk proses keberlangsungan hidup kita sebagai manusia.
            Hasil  dari sampah sebenarnya sangatlah banyak, jika kita mampu mengolahnya dengan baik. Belanda, di Amsterdam letaknya mampu mengolah sampah menjadi tenaga listrik, yang mampu menanggung beban listrik 1% dari kebutuhan listrik nasional. Amerika mampu mengolah sampah menjadi semen yang digunakan untuk pembangunan negara. Jadi jika pemerintah Indonesia mengatakan sampah di negri ini tidak bisa diatasi, bukanlah jawaban yang tepat. Kenapa memberikan alasan jika mampu menemukan solusi seperti negara-negara tetangga.

            Sebenarnya sudah saatnya kita semua mengambil peran dalam pengelolaan sampah. Pemulung juga sebenarnya berpikir sebelum mengambil sampah, apakah bernilai jual atau tidak, jadi jika kita juga berpikiran seperti itu, agaknya akan mengurangi sedikit pencemaran dilingkungan kita terutama.  Akan ada banyak sekali perubahan yang terjadi jika kita semua sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh sampah. Sampah sebenarnya juga sangat mungkin dikembangkan untuk memiliki nilai jual di setiap2 rumah, juga memungkinkan jika pengolahan sampah dijadikan sebagai home industry, yang memproduksi handycraft atau energy yang bisa dimanfaatkan secara umum atau pribadi. Dikerjakan sebagai waktu luang ibu rumah tangga atau dijadikan hobbi untuk produk kerajinan. Sehingga secara tidak langsung mengurangi dampak dari bahaya sampah dan juga menambah sedikit pemasukan keluarga.