Hampir
tiap hari orang membuang sampah. Bahkan sampah sudah menjadi gunung diberbagai
kota besar. Ini menunjukkan kurang becusnya pemerintah dalam mengurus sampah.
Dari sampah organic maupun anorganik. Apabila diperhatikan lagi, masyarakat
juga berperan dalam peningkatan jumlah kadar sampah yang menggunung. Ternyata
jika ditelusuri lebih lanjut, pemerintah juga telah berusaha maksimal untuk
mengelola sampah dengan benar. Akan tetapi, lagi-lagi berbenturan dengan
realita mengenai sampah yang seolah tak ada habisnya. Hal yang paling menarik
dari sampah ialah, siapa pelaku yang paling berperan dalam pengelolaan sampah,
bahaya sampah, dan juga hasil dari sampah.
Pelaku utama dalam pengelolaan sampah ialah pemulung.
Para pemulung sangatlah membantu dalam masalah sampah di negri ini. Mereka
kumpulkan sampah-sampah yang menurut kita tak layak, tapi bagi mereka sampah
merupakan rezeki yang diberikan tuhan untuk mereka kumpulkan. Jakarta tanpa
pemulung apa jadinya? Sampah sudah banyak yang dipungut pemulung tiap harinya,
itu saja belum bisa menyelesaikan problem sampah dijakarta, apalagi pemulung
sampai diusir dari Jakarta, bukan gunung sampah lagi yang ada melainkan benua
sampah nimbrung dijakarta. Selanjutnya pasukan kuning, atau biasa dipanggil
petugas kebersihan peran mereka juga penting, karena tanpa mereka pengelolaan
di TPA(tempat pembuangan akhir) bukan taman pendidikan Al-Qur’an, tidak munkin
berjalan karena lewat pasukan inilah pemerintah berperan dalam mengatasi
problem sampah.
Bahaya
sampah sangatlah terasa, misalnya dalam masalah pengairan, kebersihan tentunya,
pencemaran air, pencemaran udara, dan juga reaksi kimia yang mencemari tanah.
Meskipun kita sebagai manusia yang tak luput dari peran sebagai produsen
sampah, namun kita juga sebenarnya sudah mengoptimalkan untuk berperan dalam
pengelolaan sampah, dengan cara membuang sampah pada tempatnya.
Pencemaran-pencemaran dan reksi kimia yang timbul pada sampah, sangat berbahaya
pada kelangsungan hidup manusia, seperti lahan pertanian yang tercemar reaksi
kimia sampah, kandungan tanahnya menjadi tidak sehat, dan tidak subur, sehingga
mengurangi kadar gizi maupun produksi sayuran atau tumbuhan untuk proses
keberlangsungan hidup kita sebagai manusia.
Hasil dari sampah
sebenarnya sangatlah banyak, jika kita mampu mengolahnya dengan baik. Belanda,
di Amsterdam letaknya mampu mengolah sampah menjadi tenaga listrik, yang mampu
menanggung beban listrik 1% dari kebutuhan listrik nasional. Amerika mampu
mengolah sampah menjadi semen yang digunakan untuk pembangunan negara. Jadi
jika pemerintah Indonesia mengatakan sampah di negri ini tidak bisa diatasi,
bukanlah jawaban yang tepat. Kenapa memberikan alasan jika mampu menemukan
solusi seperti negara-negara tetangga.
Sebenarnya sudah saatnya kita semua mengambil peran dalam
pengelolaan sampah. Pemulung juga sebenarnya berpikir sebelum mengambil sampah,
apakah bernilai jual atau tidak, jadi jika kita juga berpikiran seperti itu,
agaknya akan mengurangi sedikit pencemaran dilingkungan kita terutama. Akan ada banyak sekali perubahan yang terjadi
jika kita semua sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh sampah. Sampah
sebenarnya juga sangat mungkin dikembangkan untuk memiliki nilai jual di
setiap2 rumah, juga memungkinkan jika pengolahan sampah dijadikan sebagai home
industry, yang memproduksi handycraft
atau energy yang bisa dimanfaatkan
secara umum atau pribadi. Dikerjakan sebagai waktu luang ibu rumah tangga atau
dijadikan hobbi untuk produk kerajinan. Sehingga secara tidak langsung
mengurangi dampak dari bahaya sampah dan juga menambah sedikit pemasukan
keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar